Usaha Penipuan melalui Telepon Rumah

Kejadian ini sebenarnya terjadi lebih dari setahun yang lalu, tapi aku tidak bisa melupakannya begitu saja. Waktu itu masih pagi sekitar jam 10, tiba-tiba telepon di rumahku berdering. Seorang laki-laki yang mengaku seorang 'petugas dari sebuah RS' di Jakarta mengabarkan bahwa suamiku mengalami kecelakaan mobil di daerah Salemba. Kondisi suamiku dikabarkan amat parah dan saat ini ditangani salah seorang 'dokter' di RS tsb, dan akupun diberi nomor HP 'dokter' tersebut. Selain itu, 'petugas RS' tersebut juga memberitahukan bahwa HP suamiku saat ini diamankan oleh seorang 'anggota polisi' yang menangani kecelakaan lalin tsb. Laki-laki tersebut menanyakan no HP suamiku. Entah kenapa, aku tidak begitu saja mau memberikan no HP suamiku. Apa perlunya mereka mengetahui no HP suamiku dengan kejadian ini? Bila mereka memang punya niat baik untuk mengembalikan HP tersebut, kan seharusnya cukup memberikan melalui aku dan tidak perlu tahu no HPnya.

Aku mencoba menghubungi no HP 'dokter' yang diberikan oleh 'petugas RS' dengan telepon rumah, dan dijawab oleh seseorang yang mengaku sebagai 'dokter' yang sedang menangani suamiku. Dikatakan bahwa kondisi suamiku amat parah, terutama di bagian kepalanya dan harus segera di operasi. Namun hal itu membutuhkan biaya amat besar. 'Dokter' tsb menyuruhku untuk menyiapkan sejumlah besar uang untuk ditransfer ke sebuah nomor rekening. Bila dana tersebut telah diterima, operasi dapat segera dilakukan.

Karena aku masih berada di depan telepon, maka segera saja aku mencoba menghubungi no HP suamiku untuk mengkonfirmasi kejadian ini. Aku agak tidak percaya dengan berita itu, mengingat beberapa saat yang lalu suamiku baru saja mengontakku lewat HPnya. Di ujung sana seorang laki-laki yang mengaku seorang 'polisi' menjawab teleponku dan menjelaskan hal yang sama dengan 'petugas RS' serta juga meminta no HP suamiku. Aku tetap tidak memberikan no HP suamiku.

Kemudian aku menghubungi nomor telepon kantor suamiku, dijawab oleh seorang laki-laki yang namanya tidak aku kenal yang juga mengatakan bahwa suamiku saat ini ada di RS karena kecelakaan. Saat aku minta untuk berbicara dengan sekretaris suamiku yang aku kenal, laki-laki tsb menjawab bahwa sekretaris suamiku dan teman-teman suamiku semua sudah berangkat ke RS.

HP suamiku sudah kuhubungi, no kantor suamiku juga sudah, tapi aku tetap tidak yakin dengan kebenaran berita tersebut. Ada apa ini? Aku ingat, aku pernah membaca di suatu surat kabar di kolom pembaca tentang penipuan lewat telepon rumah yang hampir mirip dengan yang ku alami. Dimana nomor telepon rumahnya sudah diperlakukan sedemikian rupa oleh komplotan penipu sehingga kemana saja ybs menelpon pasti yang menerima ya anggota komplotan tersebut. Pada surat pembaca no HP korban kecelakaan sudah diketahui oleh komplotan tersebut, maka no HP juga diblokir dan tidak bisa dihubungi oleh keluarganya.

Aku lalu segera menghubungi no telepon sekretaris suamiku dengan HP, tidak dengan telepon rumah, dan ternyata sekretaris suamiku sendiri yang menerima. Dia justru kaget mendengar pertanyaan tentang kecelakaan yang menimpa suamiku. Dia bilang: "Bapak baik-baik dan sehat-sehat aja bu, sekarang sedang mengikuti rapat di atas". Alhamdullilah... ternyata dugaanku benar, aku sedang menjadi target sebuah usaha penipuan lewat telepon rumah. Akupun berpesan pada sekretaris suamiku kalau rapat sudah selesai, suamiku diminta agar segera menelepon ke rumah.

Beberapa saat kemudian suamiku pun menelepon ke rumah dan mengabarkan kalau keadannya baik-baik saja, tidak kurang suatu apapun. Dan kejadian ini tidak hanya sekali saja kualami, beberapa bulan kemudian usaha penipuan lewat telepon rumah itu terulang kembali. Tapi tentu saja, aku sudah lebih santai menghadapinya. Aku jawab pemberitahuan dari 'petugas RS' itu dengan nada kalem : "Baik pak, terima kasih informasinya. Tapi sebaiknya kalau mau menipu jangan nelpon saya ... Sadar pak, cari duit dengan cara begini tidak akan memberikan manfaat buat bapak." Dan segera aku tutup telepon. Haha... mungkin memang belum rejekinya, sehingga dua kali berusaha menipuku tidak ada hasilnya. Mungkin dia lupa kalau beberapa waktu lalu pernah mencoba menipuku.

Tapi efeknya buatku, setelah kejadian itu selama beberapa bulan aku jadi sangat takut menerima telepon bila telepon rumahku berdering. Aku selalu biarkan saja bila telepon rumah berdering hingga berhenti dengan sendirinya. Untungnya saudara-saudara dan teman-temanku lebih banyak menghubungiku melalui HP baik telepon maupun SMS, sehingga bila telepon rumah tidak diangkatpun tidak menimbulkan efek apa-apa. Kebanyakan yang menghubungi melalui telepon rumah adalah dari pihak-pihak yang menawarkan jasa dari pihak ketiga, seperti keanggotaan kartu kredit, voucher hotel, asuransi dll.

Yang aku heran, koq bisa-bisanya komplotan tersebut mengalihkan panggilan dari telepon rumah ke nomor telepon mereka selama beberapa saat, sehingga kemanapun kita menelepon dari telepon rumah, anggota komplotan itu juga yang akan menerimanya. Kalau darimana mereka memperoleh nomor telepon rumah kita, ya sudah pasti mereka mendapat dari buku telpon yang setiap tahunnya diterbitkan oleh PT Telkom.

Mudah-mudahan pengalamanku ini bisa bermanfaat bagi para pembaca blogku ini. Beberapa hal yang dapat aku petik untuk menghindari usaha penipuan lewat telepon rumah :
1. Jangan panik saat menerima telepon serupa (hehehe...aku sendiri sempet gemetar ketika dikabari suamiku mengalami kecelakaan)
2. Jangan mudah percaya dengan berita buruk yang disampaikan pihak lain yang tidak dikenal sebelum kita mengkonfirmasi ke beberapa pihak yang dapat kita percaya atau kita kenal
3. Gunakan no telepon lain atau HP untuk konfirmasi ke orang yang diberitakan menjadi korban kecelakaan atau pihak-pihak yang dapat kita percaya
3. Jangan mudah memberitahukan no HP kita (suami/istri/keluarga) ke pihak lain yang tidak kita kenal
4. Jangan bersedia mengirimkan uang atau mentransfer sejumlah dana ke nomor rekening pihak yang tidak kita kenal.
Label: edit post
0 Responses