Jalan-jalan di Yogya, bagian 1

Hari pertama di Yogya, kami habiskan waktu untuk berjalan-jalan santai sepanjang Malioboro. Eh... siapa tau ada hal-hal menarik yang bisa kita lihat atau kita beli...? Ternyata Malioboro memang tidak banyak perubahan, masih sama seperti beberapa tahun yang lalu waktu terakhir kami berkunjung. Sesekali aku berhenti melihat-lihat barang yang mereka dagangkan. Aku tertarik membeli beberapa set kalung dan anting etnik khas Yogya. Anakku membeli sandal kulit berwarna ungu warna favoritnya dan memborong gelang kulit untuk teman-temannya.

Di sepanjang Malioboro aku membeli beberapa potong hem, blus, daster dan rok batik, termasuk motif Mega Mendung, batik motif Cirebon yang ternyata banyak juga dijual di Yogya. Kenapa diberi nama Mega Mendung??? Mungkin karena motifnya mega/awan... Mendung...? Tapi pastinya nama tersebut gak ada hubungannya dengan perolehan suara partainya Megawati...
Perjalanan menyusuri Malioboro berakhir di sebuah toko di ujung Malioboro, yaitu Pusat Batik dan Kerajinan 'Mirota'. Ini merupakan toko favoritku berburu oleh-oleh dan cindera mata bila aku ke Yogya, karena bisa one stop shopping disini.Interior 'Mirota' Malioboro

Ada aneka camilan kering khas Yogya, aneka minuman tradisional Jawa yang sudah dikemas modern berupa minuman bubuk atau celup seperti wedang jahe, secang, purwoceng, sabun dan shampo tradisional, aroma terapi, batik, kerajinan dll. Ada pula coklat homemade Yogya yang konon mutunya gak kalah dengan coklat impor, 'Coklat Monggo', yang dalam bahasa Jawa berarti 'silakan'. Pembuatnya adalah dua orang penggila coklat asal Belgia dan Ambon.


Tak lengkap apabila kita berkunjung ke suatu daerah tanpa mencicipi makanannya, alias wisata kuliner. Kakakku menginformasikan, kalau sempat cobalah gado-gado di Pasar Beringharjo yang direkomendasikan oleh Butet Kartaradjasa kepada pak Bondan Winarno di acara Wisata Kuliner beberapa waktu yang lalu. Pada kunjungan-kunjungan ke Yogya sebelumnya, aku juga sudah mencicipi tempat-tempat kuliner rekomendasi dari teman seperti bakmi Jowo Kadin, bebek goreng Cak Koting, udang madu mak Engking. Sayang...hasil perburuan terdahulu tidak masuk blog, karena saat itu memang aku belum mengenal blog.

Kebetulan, kami sudah sampai di Mirota yang terletak di seberang pasar Beringharjo, kamipun menyebrang untuk mencari tempat gado-gado dimaksud. Ternyata memang gado-gado itu adalah gado-gado legendaris dari beberapa tahun yang lalu, dan sekarang sudah dikelola oleh generasi yang ketiga, Gado-gado Bu Hadi namanya.Lokasinya, di lantai 2 di pasar bagian belakang (agak jauh masuknya), tempatnya sederhana tetapi terbilang bersih. Porsi gado-gado cukup, tidak terlalu banyak, terdiri dari potongan ketupat, tahu, tempe, kentang, 1/2 bagian telur rebus, rebusan kacang panjang dan tauge, tomat dan daun selada yang diguyur dengan bumbu kacang dan ditaburi emping serta kerupuk bawang. Mirip dengan penampilan gado-gado Jakarta, disajikan dengan bersih. Dan biasanya, kalau makan gado-gado disini lebih enak bila ditemani dengan es kopyor. Yaaah, lumayanlah untuk mengisi perut yang memang sudah lapar dan menghilangkan rasa haus karena sudah berjalan sepanjang Malioboro dan masuk ke daerah belakang pasar Beringharjo yang cukup jauh. Tapi.....puassss, karena sasaran buruan sudah ditemukan.

Label: edit post
2 Responses
  1. as syifa Says:

    Yah, pantas aja jd (agak ) gemuk, wong kesama-sini makan.........
    Berli


  2. Mammamia Says:

    Rugi kalau jalan-jalan gak sekalian wisata kuliner...