Jalan-jalan di Yogya, bagian 3



Hari ini aku mengajak anakku berkunjung ke kraton Yogya, mumpung dia lagi mau. Maklum, sudah beberapa kali ke Yogya, belum pernah sekalipun aku berhasil mengajaknya untuk lebih mengenal budayanya sendiri, yaitu peninggalan budaya tradisional Jawa. Hmmm anak sekarang, maunya diajak jalan ke mal aja, agak susah diajak ke tempat-tempat peninggalan nenek moyang......

Pintu masuk kraton Yogyakarta

Dari hotel tempat kami menginap di kawasan Malioboro ke kraton, kami menggunakan 2 becak untuk kami bertiga dengan tarif cukup murah, hanya Rp 5.000 saja per becak. Sampai disana, kami harus membayar tiket masuk @ Rp 5.000 dan Rp 1.000 per kamera/HP apabila kita ingin mendokumentasikan pengalaman berwisata di kraton. Itupun kami sudah mendapat seorang tour guide untuk memandu kami bertiga selama mengelilingi kraton.

Abdi dalem yang selalu setia (ini sih cuma patung...)

Di kraton bisa kita melihat bangunan-bangunan tempat tinggal sultan, putri-putri sultan (kaputren), tempat sultan menerima tamu, menjamu tamu dll. Kebetulan pada saat kami berkunjung adalah hari lahirnya (weton) Sultan Hamengku Buwono X (Selasa Wage) yang dalam tradisi Jawa diperingati setiap 35 hari sekali. Di bawah rindangnya pohon nampak gerombolan para abdi dalem keprajan (mantan PNS yang menjadi abdi dalem kraton) yang sedang mengadakan jumenengan untuk mendoakan sultan, padahal mungkin sultannya sendiri tidak berada di tempat.

Abdi dalem keprajan sedang jumenengan (yg ini bukan patung...)

Di beberapa ruang yang berlainan, kita bisa melihat peninggalan dari Sultan HB I s/d sekarang, dari busana, penghargaan, senjata, benda kesayangan, peralatan memasak, kursi kebesaran/singgasana, tandu dll. Yang menarik, Sultan HB IX pada masa mudanya sangat aktif di organisasi Pandu, sekarang Pramuka. Beliau pernah menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka selain pernah pula menjabat sebagai Wakil Presiden RI dan juga dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Karena pengalamannya di Pandu, beliau mempunyai hobby memasak. Peralatan masak-memasak beliau dari kompor, panci, penggorengan, dan aneka peralatan dapur lainnya serta bumbu-bumbu masak seperti garam, merica, bumbu penyedap dll yang masih tersisa dikoleksi pula di salah satu ruangan di kraton.

Bangunan istana dimana keluarga HB X tinggal

Rupanya anakku tertarik juga dengan cerita-cerita dari tour guide kami selama berkeliling di kraton. Dia juga baru paham bahwa sultan-sultan terdahulu mempunyai lebih dari satu isteri yang dinamakan selir, apalagi ceritanya didukung dengan foto-foto para selir sultan terdahulu beserta putra-putrinya.

Setelah lelah berkeliling kraton, barulah kami merasakan perut yang ternyata sudah keroncongan. Ternyata gak terasa memang sudah waktunya untuk makan siang. Kamipun naik andong menuju tempat makanan khas Yogyakarta, 'gudeg' banyak diburu, yaitu ke jalan Wijilan masih di dekat-dekat kraton juga.

Naik andong...tuk tik tak tik tuk........nglaras tenan...

Di jalan Wijilan, banyak sekali berderet penjual gudeg khas Yogya. Kalau kita gak pernah kesana sudah pasti agak bingung untuk memilih. Untungnya aku sudah mendapat rekomendasi untuk mencoba datang ke salah satu penjual gudeg disana, jadi... ya kesanalah tujuan kami.


Gudeg Yu Djum, itulah nama gudeg yang akan kami coba siang hari itu. Sepiring nasi putih dilengkapi dengan lauk gudeg kering, sambal goreng krecek, tahu, telor dan suwiran ayam yang dilengkapi dengan krupuk menjadi santapan kami siang itu ditemani segelas es jeruk. Hmmmm nyam nyam..... dan mengenyangkan...



Label: edit post
0 Responses